Kamis, 30 Januari 2025

Menjaga Hati dari Ganguan Setan Iblis

Melengkapi ulasan sebelumnya, terutama ketika penegak shalat ingin memupuk hatinya, menggembleng jiwa agar tetap halus dan lebih sensitif dalam menerima sinyal-sinyal Tuhan dalam diri dan alam ini sehingga dapat lebih aktif dan efektif menjalani ritual shalat dengan lebih khusyu' dan tenang; hati tetap terjaga dan selalu ingat (dzikrullah) walaupun berada di luar waktu shalat sebelum menghadapi shalat yang sebenarnya.

1. CAHAYA HATI

Anda –mungkin– perlu mengetahui: "Kapan iblis itu bersembunyi (ngumpet)?", yaitu, disaat iblis menda- patkan hati seorang hamba itu selalu hidup, terjaga dan tak pernah kosong dari dzikrullah, seketika itu juga setan akan bersembunyi, lari terbirit-birit (ngibrit), tidak mampu menaklukkan hatimu, tidak menemui celah dari sisi manapun agar ia bisa masuk dan bergerak le- luasa, karena hati kala itu benar-benar dihidupkan (aktif) dengan rasa takut, sedih dan berpikir (renungan), semua ini membuat hati bersinar dan bercahaya.

Dengan cahaya hatinya, seorang hamba bisa me- lihat celah-celah pintu yang akan dimasuki iblis. Tatkala iblis mulai beraksi (menggoda, menghasut, menjeru- muskan dan sebagainya), maka hamba ini bisa melem- pari iblis dengan cara bersikap 'tidak percaya' dan me- ngingkari apa yang didakwakan iblis, sehinga ia selalu terjaga (waspada) dan terselamatkan berkat Nur Allah yang sudah tertanam dalam hatinya, iblis pun terusir dan tersingkirkan. Namun, iblis bisa menguasai hati orang yang perasaan takutnya kepada Allah telah hilang –artinya jika manusia sudah tidak lagi mempunyai rasa takut, maka iblis lebih leluasa merusak, menggelapkan ataupun menyesatkan lantaran hati sudah kelam, tidak bercahaya lagi; tidak ada yang lebih berat bagi si iblis selain menghadapi Nur (Cahaya) Allah, apalagi jika iblis sebelumnya telah mendapati dirinya bersembunyi dan lari –disini ia merasa tersakiti dan akan kembali untuk membalaskan dendam–. Iblis sama sekali tidak berkutik (mati kutu,) kecuali hati seorang hamba telah lalai dan hampa dari dzikir Allah ta'ala.

Cahaya hati akan terus bersinar terang seiring dengan kondisi hati yang senantiasa hidup dan terjaga, dan jika seseorang lalai (al-ghoflah), maka cahaya itu akan mati dengan sendirinya dan hati menjadi gelap, Nur Tuhan akan padam, iblis pun akan memasukkan hal-hal (bisikan, hasutan) yang memburamkan hati menjadi kabur, bahkan mengotorinya. Pada saat itu iblis akan bergerak leluasa dan merampas segalanya dari si hamba, membiarkan hati tetap lalai, mengisinya dengan dosa-dosa; apabila hamba ini memaksakan dan merela- kan diri terjerumus dalam lumpur dosa –atau perbuatan nista lain– dan ia merasa lebih cocok dengan semua itu, maka hati akan semakin kotor dan buram, iblislah yang sebenarnya menggelapkan hati ini dan ia bersemayam di dalam, akhirnya si hamba terbuai dan hanyut di jalan dosa sampai ia terjerembab dalam perbuatan nista dan menjatuhkannya ke dalam dosa-dosa besar (seperti syi- rik, dan perilaku hina lainnya).

Tidak ada yang lebih enak bagi iblis selain hati yang gelap, Nur Allah dalam hati terpadamkan dan iblis akan melipatgandakan kotoran pada hatinya. Tidak ada yang lebih berat bagi iblis selain pancaran cahaya, ber- sih, putih dan berkilau, justru karena iblis memang suka bertempat di dalam kegelapan dan paling anti menem- pati ruang yang terang dan bercahaya.

Adakah trik-trik tertentu yang dapat membantu kita memperkuat hati dan jiwa ini agar bisa terus ter- jaga, selalu ingat kepada Allah ta'ala serta terjauhkan dari kelalaian dan alpa?.

Jelas ada, apakah itu?, yaitu "keikhlasan doa" dan bergaul dengan orang-orang yang berkeinginan sama, menjauhi orang yang tidak memiliki keinginan sama dengan anda. Bersahabat dengan orang yang tidak memiliki kesamaan cita-cita (misi), hanya akan mem- perburuk anda secara tidak disadari, sebaliknya berte- man dengan orang yang seide dan setujuan, maka akan lebih bermanfaat bagi anda, walaupun anda tidak me- nyadari".( ) Sekali lagi, doa yang ikhlas dan teman seperjuangan yang bisa mengisi ulang semangat anda; anda bisa menyebutnya dengan "majlis dzikir".

2. IBADAH HATI

Bagaimana bentuk penerapan 'ibadah hati' tanpa ikut mengaktifkan anggota badan (indera)?, ibadah hati yan murni guna merespon fisik dan indera lahir lainnya, agar tunduk pada ajaran syariat. Serta bagaimana hati –dengan Nur Allah ta'ala di dalamnya– mampu merang- sang fisik dan indera untuk tetap beribadah?; ada bebe- rapa pintu menuju ke arah ibadah ini, diantaranya:

Pintu pertama: "Hati adalah bejana (wadah) yang mampu menampung rasa sedih dan duka, butuh dan takut, penyesalan dan tawadlu' (rendah diri), menyerah- kan diri dan memohon nasehat kepada Allah ta'ala, mencintai segala yang dicintaiNya, membenci segala yang dibenci; apabila seseorang bisa memperlakukan Allah seperti ini dengan hatinya, maka fisik dan raganya akan tergetar seperti apa yang terlihat dan nampak pada hati, dari sini raga akan tersulut dan terangsang untuk bersegera melakukan ketaatan. Dan semua rangsangan itu bersumber dari hati apabila titik hitam hatinya bercampur, melebur dengan kedahsyatan hari kiamat yang akan terjadi kelak –maka hati pun akan tergugah–".( ) Jika saja hati anda bisa ikut merasakan betapa dah- syat situasi di hari kiamat nanti, anak sudah tidak kenal lagi orang tuanya, orang tua sudah tidak memikirkan nasib anak-anaknya, semua memikirkan keselamatan diri sendiri, langit dan bumi telah goncang, hiruk pikuk dan teriakan menyayat siapapun yang mendengarnya, sungguh tragis nasib orang yang tidak beruntung dan –kala itu– penyesalan sudah tiada guna.

Pintu kedua: "Hati telah terpenuhi dengan penge- tahuan tentang nikmat-nikmat Allah ta'ala, hati menjadi berbunga-bunga terhadapNya, suka beribadah dan me- rindukan cintaNya, cintanya dilandasi rasa syukur dan selalu berharap maghfiroh (ampunan)Nya; apabila sese- orang bisa memperlakukan Allah seperti ini dengan hatinya, maka ia akan –senantiasa– merindukan ibadah dengan mengikutsertakankan anggota tubuhnya dan kerinduan ini adalah motivator yang mampu mengge- rakkan jiwa dan raganya; merasa senang, gembira dan nikmat dalam mengamalkan ibadah ".

Pintu ketiga: "Ibadah yang paling terhormat ada- lah selalu waspada terhadap pengawasan Allah dengan selalu menjalankan amalan yang dicintaiNya, apabila anda merasa lelah dari semua itu maka awasi dan jaga dirimu dari hal-hal yang tidak direstuiNya dengan harapan bisa kembali pada posisi awal saat anda merasa lelah tadi. Nah, pada saat itulah hatimu akan muncul rasa rindu berat atau kangen yang memuncak, dan apabila anda benar-benar merasa kangen, serasa muncul semangat baru untuk memulai, maka segera kembali kepada amalan yang tadi sempat terputus".

Pintu keempat: "Bagi para praktisi ibadah, hen- daknya memikirkan segala yang terjadi (suasana) pada hati dan raganya; mulai mendiagnosa dari hati dulu, selanjutnya menginjak pada anggota badan. Hati adalah pangkal atau akar, sedangkan anggota badan ini adalah batang; sebuah batang pohon tidak akan berdiri kokoh tanpa dilandasi akar yang kuat".

Masih banyak pintu-pintu yang bisa dilalui oleh para penggemar Cinta Tuhan, termasuk anda... yaitu pintu yang bisa membuka hati dari pancaran Nur Allah sehingga anda pun bisa menghadirkan hati saat menja- lani shalat dengan mudah, bahkan jika anda telah ber- hasil melakukan ibadah hati secara serius, niscaya kapanpun dan dimanapun anda berada, Nur Allah ta'ala akan selalu menyertai dan menuntunmu, sebab Nur ini telah bersemayam indah di dalam hatimu dan perlin- dungan (protection) Tuhan akan selalu mengiringi setiap langkah hidupmu, menjamin keselamatanmu di dunia dan akhirat. Gerak hidup anda akan selalu dituntun, di- bimbing, ditunjukkan ke arah kebenaran.

Inilah gamba- ran (proyeksi) orang-orang yang mencintai dan dicintai Allah ta'ala, "...apabila Aku (Allah) telah mencintai hamba-Ku, maka Aku akan menjadi 'pendengaran' dan 'penglihatan'nya, apabila ia memohon kepada-Ku nisca- ya Aku kabulkan segera, dan apabila ia meminta, pasti Aku beri seketika". [HR Imam Bukhari]

Sabda Nabi saw yang lain: "Apabila Allah ta'ala telah mencintai seseorang maka Allah sendiri yang akan menjadi Penasehat bagi jiwanya, Penggerak atau suara bagi hatinya, serta Allah ta'ala yang –secara langsung– menyuruh dan melarangnya." [HR Abu Daud].

Tanda lain, orang yang mencintai Allah ta'ala: "Tiada sikap dan perilaku yang lebih disukai baginya selain menyegerakan diri menjalankan kewajiban (sya- riat) dengan hati dan fisiknya, serta menjaga amalan ini (agar tidak teledor atau terlalaikan)".

Upaya membuka hati ini bisa anda lakukan di- mana dan kapan saja, tidak ada batasan waktu dan tem- pat untuk berdzikrullah dengan menata hati, mengolah iman serta menggembleng jiwa demi mencapai tujuan mulia nan suci, yaitu Makrifat Billah. Adapun apa haki- kat dari makrifat ini?, hanya Allah yang Tahu dan anda yang akan merasakan langsung anugerah paling indah dan istimewa ini, insyaallah.

« Sebelumnya
Prev Post
Selanjutnya »
Next Post

Artikel Terkait